Thursday, March 10, 2016

Hanyalah Sebuah Nama

                                                               Hasil gambar untuk gambar burung gereja

“Sisi persegi, disitulah sekarang aku berada, tidak peduli seberapa keras aku mencoba mencari sudut pandang yang baru untuk melihat diriku, aku tak dapat lagi mengenal diriku, aku kehilangan diriku sendiri. Diriku yang sekarang hanyalah titik tak berarti yang berjalan dari sisi dan sudut pandang yang sama,sisi dan sudut pandang seorang pecundang”.
@@@@@
Namaku azel nama yang terlalu aneh untuk seekor burung gereja, saat nama memasuki peradaban kami dan banyak diantara burung gereja yang menamakan anaknya dengan Daniel, sarah, daud, yohanes, maria,dan sebagainya, ayahku lebih memilih menamai diriku azel, nama yang tak bisa membuatku bangga karena tak pernah dikumandangkan ditempat dimana aku tinggal, nama yang tak pernah terdengar walaupun sosok wanita yang berdiri dimimbar itu berteriak diminggu pagi setelah meninabobokan kami dengan nyanyian. Ayah pernah bilang kalau namaku diambil dari Koran yang menyelamatkan hidupku serta saudara-saudaraku “bagaimana mungkin koran dapat menyelamatkan hidupku” tanyaku polos waktu itu, lalu ayahku mulai bercerita dan cerita itu menjadi penghantar tidurku saat
kukecil, saat itu tak ada lagi tempat untuk membuat sarang dipuncak gereja karena itu terpaksa ayah membuat sarang di papan nama gereja, cukup tinggi dan punya atap sehingga kami akan terlindung dari hujan, tapi seorang anak manusia yang nakal melihat sarang tersebut lalu mencoba untuk mengambilnya awalnya ia mencoba memancat tapi tak bisa lalu ia mencoba menjatuhkan sarang kami dengan kayu, walaupun akhirnya ia menyerah karena gagal, kayu tersebut menimbulkan lubang disangkar kami, ayah mencoba mencari rumput kering untuk menambal lubang tersebut tapi tak ia dapatkan karena waktu itu musim penghujan, untunglah ia melihat sebuah kertas Koran bekas bungkusan makanan yang dibuang orang, ayah lalu terbang untuk memungutnya dan dikoran yang terpotong itu tertulis ‘..RTIS CANTIK AZEL  TERLIBAT PROSTIT..’, ayah menambal lubang pada sangkar kami dengan Koran tersebut agar telur ibu atau lebih tepatnya aku dan saudara-saudaraku tidak terjatuh, yang paling menyebalkan adalah setelah menetas hanya aku sendiri betina, sehingga hanya aku yang diberinama AZEL.waktu aku kecil aku ada hal ang sedikit membingungkan diriku mengapa tak ada burung gereja yang memberi nama anaknya yudas? padahal nama ini sangat sering disebutkan dalam gereja lalu aku pernah bertanya pada ayahku mengapa tak ia beri namaku yudas walaupun nama itu lebih cocok bagi pejantan dengan nama yudas akan membuat diriku bisa berbangga karena sering disebutkan tapi ayahku malah marah padaku katanya “manusia dengan nama yudas pernah melakukan kesalahan yang besar tak ada burung yang mau anaknya melakukan kesalahan nantinya”, dan karena hal ini aku tak pernah membahas soal nama ke orang orang lain kecuali diriku sendiri.
Hidup dengan manusia memaksa kami harus memahami manusia karena manusia tidak pernah mau memahami kami, kami harus mengerti bahasa dan ucapan manusia walaupun saat kami ucapkan yang didengar manusia hanyalah cicitan tak berarti, kami harus mengerti kata yang ditulis manusia karena hal itu menjadi berguna jika kami berkenalan dengan pejantan atau betina “aku tinggal ditempat dengan kata gereja emaus”, walaupun beberapa kata dan ungkapan manusia sangat membingungkan kami pernah mendengar manusia berkata “aku cinta padamu” lalu mereka saling berciuman dan berpelukan, lalu ada manusia yang mengatakan “aku cinta ayam panggang” tapi ayam tersebut malah digigit dan dimakan, hidup dengan manusia membuat insting sebagian dari kami menjadi seperti manusia, ada yang mulai rakus seperti manusia, berebutan belalang yang terbang ke jalanan sehingga membuat mereka terlindas mobil atau motor yang lewat, ada yang mudah marah, pesimis, minder, dan gampang stress, dan yang paling aneh ada yang dibutakan oleh cinta lalu memilih mati terlindas truk.
“ ya Tuhan sekiranya sudikah Kau mengampuni dosa-dosaku, aku tak peduli lagi dengan kata orang pada diriku, aku tak peduli walaupun semua orang meninggalkan diriku yang terpenting jangan kau Tuhan yang meninggalkanku, diriku karena sering mengabaikanmu tapi ya Tuhan tolong berikan hamba kekuatan untuk menghadapi masalah ini” doa seseorang sambil menangis yang membangunkan diriku, “apa ini hari minggu” batinku, lalu aku keluar dari sarangku dan  hinggap dipintu gereja, “ya Tuhan hamba percaya selama engkau besertaku hamba akan kuat” doa wanita itu, tak tahu dorongan kekutan darimana aku terbang dan hinggap dikursi gereja, “amin” kata wanita itu mengakhiri doanya. “apa kau malaikat yang dikirim Tuhan” kata wanita itu lalu melihat kearahku “apa ia tak pernah melihat burung gereja” batinku, “atau kau hanyalah burung yang kesepian seperti diriku, kautahu aku berharap bisa bebas sepertimu tanpa beban” katanya lagi “sebenarnya aku berharap seperti dirimu bisa berada dipucak rantai makanan bukannya puncak gereja” kataku walaupun yang terdengar hanyalah kicauan tak berarti, “terimahkasih mau menemaniku burung kecil, aku akan pergi” katanya lalu beranjak pergi. Esoknya dia datang lagi dan berdoa dengan doa yang sama, ia seperti sebuah magnet yang membuatku tertarik kearahnya,dan aku menunggu, tepatnya menemani dirinya, “amin…”katanya mengakhiri doanya, “doa yang manis nak” kata seseorang yang tiba-tiba muncul, “Tuhan akan mendengarnya” kata sosok itu lagi sambil berjalan mendekat, aku ingin sekali beranjak dari pintu gereja melihat wanita berumur yang tidak pernah mau menyebut namaku dalam khotbahnya tapi ia entah mengapa ia memanggil namaku “bukankah kau azel…., azel christiani artis yang terkenal itu” aku baru sadar atau lebih tepatnya aku baru tahu kalau gadis itu bernama azel, jika ia orang yang terkenal besar kemungkinan orang yang tertulis dikoran itu adalah gadis itu, “maafkan aku, tidak seharusnya orang sepertiku ada disini, dan terimah kasih tidak menyebut diriku dengan pelacur”, kata wanita itu lalu beranjak tapi ia ditahan oleh pendeta itu “nak.. Yesus datang kedunia untuk menyelamatkan orang berdosa dia pasti mau menerimamu”     “tapi,..”   “jangan ada keraguan dihatimu, karena Tuhan tidak pernah ragu-ragu untuk menolong” kata pendeta itu lalu memeluk azel tepatnya azel christiani dengan sifat keibuannya, memberikan kehangatan pada azel serta menyalurkan kasih Tuhannnya pada azel, melihat hal itu timbul perasaan bodoh “aku ingin menjadi manusia” tapi segeraku tepis karena itu hanyalah mimpi bodoh, setelah kejadian itu azel semakin rajin datang kegereja, bukan hanya untuk berdoa tetapi juga curhat dengan bunda panggilan azel untuk pendeta berumur tersebut, aku dan bunda  menjdai pendengar yang setia unruk semua cerita yang azel ceritakan, bedanya aku tak mampu memberika advis pada azel yang aku berikan hanyalah kicauan penyejuk suasana, azel cerita bagaimana ia telibat kedalam dunia gelap Karena orang tuanya yang tak pernah puas dengan apa yang azel berikan sebagai artis, cerita bagaimana kariernya hancur setelah beredar fotonya dengan seorang politikus, cerita bagaimana bagaimana rasanya ditinggalakan oleh orang-orang terdekat, orangtua, saudara, keluraga dekat dan juga fans, cerita bagaimana ia hidup dengan sedikit tabungannya dan berjuta-juta cacian orang, dan cerita bagaimana ia bisa datang kegereja, dan yang paling aku ingat adalah bagaimana ia melukiskan keadaannya saat berada dalam kehancurannya “Sisi persegi, disitulah sekarang aku berada, tidak peduli seberapa keras aku mencoba mencari sudut pandang yang baru untuk melihat diriku, aku tak dapat lagi mengenal diriku, aku kehilangan diriku sendiri. Diriku yang sekarang hanyalah titik tak berarti yang berjalan dari sisi dan sudut pandang yang sama,sisi dan sudut pandang seorang pecundang”.senyuman azel akhirnya timbul kembali lagi,dan setelah beberapa bulan berdoa, curhat, dan dinasehati oleh bunda, azelpun pamit ingin memulai hidup baru dan tak pernah kembali.
@@@@@
Cerita singkat itu tetap tersimpan dan tak pernah hilang dari diriku sampai aku menua sekarang, bahkan saat aku tak sanggup terbang jauh lagi, mimpiku masih melayang jauh menuju azel, bagian lain dari hidupku, nama yang menjadi namaku, dan kisahnya yang membuat aku behasil menghilangkan rasa pesimisku. Nama yang sama waktu yang berbeda, burung gereja lebih cepat menua daripada manusia dan dihari minggu ini kuyakin inilah waktunya aku pergi membawa namaku azel, dan akan tersisa nama anakku christiani, aku menarik napas dalam-dalam dan menutup mataku semakin cepat menuju ayahku agar aku dapat membertitahunya kalau aku sangat senang dengan nama yang ia berikan.. azel, aku menghembuskan nafas terakhirku dan saat itu pula ibadat digereja dimulai “syalom jemaat yang dikasihi oleh Tuhan kita Yesus kristus, hari ini kita akan dipimpin oleh pendeta magang azel christiani” aku tersenyum “namaku disebut…akhirnya dia”batinku.

1 comment:

Kemarin

12 November, pukul 00.33, ini bukanlah waktu yang tepat untuk menyeduh kopi dan mengetik kalimat ini, bukan waktu yang tepat untuk me...